Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian Hukum Pidana Di Indonesia

Muhammad Irham(1email), Nani Mulyati(2)


(1) Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia
(2) Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, Indonesia
email Corresponding Author
CrossMark

Abstract


The purpose of this study is to find out what is meant by the President and/or Vice President committing a disgraceful act in the concept of criminal law, so that they can be impeached. By using normative legal research and approaches to legal concepts, laws and their history. The results of the research are as follows: First, all actions that are contrary to the Criminal Code are disgraceful acts for the President/Vice President; Second, the religious values, social culture of the Indonesian nation, as well as moral principles in the Criminal Code have been compiled in Pancasila and the 1945 Constitution, therefore any deviation from the behavior of the President/Vice President against the 1945 Constitution is a despicable act; Third, all disgraceful acts of the President/Vice President that violate criminal law offenses are subject to criminal sanctions in accordance with the Criminal Code, so that disgraceful acts that have been formally regulated in the Criminal Code are not the meaning of disgraceful acts as referred to in Article 7A of the 1945 Constitution, because the limitations of criminal acts have been determined can impeach the President/Vice President, namely: corruption, bribery, and other serious crimes; Fourth, the disgraceful act of the President/Vice President in Article 7A of the 1945 Constitution is an act of violating the 1945 Constitution as a reference to the rules of criminal law.

Keywords


Disgraceful Acts; Impeachment of the President/Vice President; Criminal Law


DOI


10.47268/sasi.v27i3.596

Published


2021-10-07

How To Cite


APA: Irham, M., & Mulyati, N. (2021). Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian Hukum Pidana Di Indonesia. SASI, 27(3), 376 - 401. DOI: https://doi.org/10.47268/sasi.v27i3.596.
IEEE: M. Irham, and N. Mulyati, "Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian Hukum Pidana Di Indonesia", SASI, vol. 27, no. 3, pp. 376 - 401, Oct. 2021. Accessed on: Nov. 5, 2024. [Online]. Available DOI: https://doi.org/10.47268/sasi.v27i3.596
Harvard: Irham, M., and Mulyati, N., (2021). "Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian Hukum Pidana Di Indonesia". SASI, Volume 27(3), pp. 376 - 401. [Online]. Available DOI: https://doi.org/10.47268/sasi.v27i3.596 (Accessed on: 5 November 2024)
Chicago: Irham, Muhammad, and Nani Mulyati. "Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian Hukum Pidana Di Indonesia." SASI 27, no. 3 (October 7, 2021): 376 - 401. Accessed November 5, 2024. doi:10.47268/sasi.v27i3.596
Vancouver: Irham M, Mulyati N. Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian Hukum Pidana Di Indonesia. SASI [Internet]. 2021 Oct 7 [cited 2024 Nov 5];27(3):376 - 401. Available from: https://doi.org/10.47268/sasi.v27i3.596
MLA 8th: Irham, Muhammad, and Nani Mulyati. "Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian Hukum Pidana Di Indonesia." SASI, vol. 27, no. 3, 7 Oct. 2021, pp. 376 - 401, doi:10.47268/sasi.v27i3.596. Accessed 5 Nov. 2024.
BibTeX:
@article{SASI596,
		author = {Muhammad Irham and Nani Mulyati},
		title = {Perbuatan Tercela Sebagai Salah Satu Alasan Pemakzulan Presiden Dan/Atau Wakil Presiden Dalam Kajian  Hukum Pidana Di Indonesia},
		journal = {SASI},
		volume = {27},
		number = {3},
		year = {2021},
		keywords = {Disgraceful Acts; Impeachment of the President/Vice President; Criminal Law},
		abstract = {The purpose of this study is to find out what is meant by the President and/or Vice President committing a disgraceful act in the concept of criminal law, so that they can be impeached. By using normative legal research and approaches to legal concepts, laws and their history. The results of the research are as follows: First, all actions that are contrary to the Criminal Code are disgraceful acts for the President/Vice President; Second, the religious values, social culture of the Indonesian nation, as well as moral principles in the Criminal Code have been compiled in Pancasila and the 1945 Constitution, therefore any deviation from the behavior of the President/Vice President against the 1945 Constitution is a despicable act; Third, all disgraceful acts of the President/Vice President that violate criminal law offenses are subject to criminal sanctions in accordance with the Criminal Code, so that disgraceful acts that have been formally regulated in the Criminal Code are not the meaning of disgraceful acts as referred to in Article 7A of the 1945 Constitution, because the limitations of criminal acts have been determined can impeach the President/Vice President, namely: corruption, bribery, and other serious crimes; Fourth, the disgraceful act of the President/Vice President in Article 7A of the 1945 Constitution is an act of violating the 1945 Constitution as a reference to the rules of criminal law.},
				issn = {2614-2961},		pages = {376--401}			doi = {10.47268/sasi.v27i3.596},
				url = {https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/view/596}
		}
		
RefWorks:

   


Jurnal

[1] Amriyanto, A. (2017). Menakar Nilai Agama dan Moral dalam Hukum Pidana Indonesia. Khairun Law Journal, 1(1), 62-72.

[2] Ersan, P., & Erliyana, A. (2018). Kualifikasi Hukum Pidana Khusus Terhadap Tindak Pidana Pemilu/Pilkada (Tinjauan Hukum Administrasi Negara). Pakuan Law Review, 4(1).
https://doi.org/10.33751/palar.v4i1.781

[3] Huda, C. (2011). Pola Pemberatan Pidana dalam Hukum Pidana Khusus. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 18(4), 508-524.
https://doi.org/10.20885/iustum.vol18.iss4.art3

[4] Istiqamah, D. T. (2018). Analisis Nilai Keadilan Restoratif Pada Penerapan Hukum Adat Di Indonesia. Veritas et Justitia, 4(1), 201-226.
https://doi.org/10.25123/vej.2914

[5] Ismansyah & Ermawati, B. (2012). Permasalahan Delik Zina Yang Terdapat Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jurnal Delicti: Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi, IX (1), h. 27.

[6] Iksan, M. (2017). Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana: Studi Komparatif Asas Legalitas Hukum Pidana Indonesia Dan Hukum Pidana Islam (Jinayah). Jurnal Serambi Hukum, 11(01).

[7] Jafar, W. A. (2016). Analisis Asas Hukum Pidana Islam Dan Asas Hukum Pidana Di Indonesia. Al-Istinbath: Jurnal Hukum Islam, 1(1), 25-44.

[8] Jazuli, A. (2017). Penyelesaian Konflik Penodaan Agama Dalam Perspektif Hukum Pidana Di Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 17(3), 329-350
https://doi.org/10.30641/dejure.2017.V17.329-350

[9] Nurdin, F. S. (2016). Rekonstruksi Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana Berdasarkan Prinsip Keadilan, Jurnal Refleksi Hukum, 1 (1).
https://doi.org/10.24246/jrh.2016.v1.i1.p1-14

[10] Supanto, S. (2004). Pelecehan Seksual Sebagai Kekerasan Gender: Antisipasi Hukum Pidana. Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 20(3), 288-310.

[11] Sudharmawatiningsih. (2007). Sifat Melawan Hukum Materil Dalam Tindak Pidana Korupsi (Respon Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi). Jurnal Hukum Dan Dinamika Masyarakat, 5(1).

[12] Supusesa, R. (2012). Eksistensi Hukum Delik Adat Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana Di Maluku Tengah. Jurnal Mimbar Hukum, 24(1), 41-54.

[13] Said, H. M. (2021). Menggagas Peradilan Etik Penyelenggara Negara Di Indonesia. SASI, 27(1), 24-37.
https://doi.org/10.47268/sasi.v27i1.266

[14] Taufik, I. (2018). Kendala Dalam Pelaksanaan Pembelian Terselubung (Undercover Buy) Dalam Mengungkap Tindak Pidana Narkotika Oleh Penyidik Polri. Sasi, 23(2), 118-128.
https://doi.org/10.47268/sasi.v23i2.104

[15] Wijaksana, M. M. S. (2020). Perkembangan Formulasi Asas Legalitas Dalam Sistem Pemidanaan Di Indonesia (Studi Komparatif Antara KUHP/WVS & RUU KUHP 2019). Jurnal RechtsVinding.

Buku

[16] Atmasasmita, R. (2010). Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Bandung: Refika Aditama.

[17] Arief, B. N. (2010). Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana: (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Edisi Pertama. Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana.

[18] Anam, K, M. (2015). Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif. Cetakan 7. Bandung: Nusa Media.

[19] Amrani, H, Ali, M. (2015). Sistem Pertangungjawaban Pidana: Perkembangan dan Penerapan. Edisi. 1. Cetakan. 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[20] Atmadja, I. G. D., Budiartha, I. P. N. (2018). Teori-Teori Hukum. Malang: Setara Press.

[21] Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2015). Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

[22] Cahyadi, E. (2007). Delik-Delik Keagamaan di Dalam RUU KUHP Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Kerjasama Aliansi Nasional Reformasi KUHP dan DRSP-USAID.

[23] Chazawi, A. (2011). Pelajaran Pidana Bagian 1. Edisi ke-1. Cetakan ke-6. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[24] Farid, Z. A. (2007). Hukum Pidana 1. Edisi. 1. Cetakan. 2. Jakarta: Sinar Grafika.

[25] Hamzah A. (2008). Terminologi Hukum Pidana, Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Sinar Grafika.

[26] Hamzah, A. (2008). Asas-Asas Hukum Pidana. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

[27] Hamzah, A. (2008). Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Jakarta: Sinar Grafika.

[28] Hidayati, F. R. (2019). Memperkuat Peradaban Hukum dan Ketatanegaraan Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia.

[29] Imran., & Hidayati, F. R. (2019). Memperkuat Peradaban Hukum dan Ketatanegaraan Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia.

[30] Kusumaatmadja, M. (2006). Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan. Cetakan ke-2. Bandung: Alumni.

[31] Marpaung, L. (1992). Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

[32] Moeljatno. (2002). Asas-Asas Hukum Pidana. Cetakan ke-tujuh. Jakarta: Rineka Cipta.

[33] Mudzakkir. (2010). Tindak Pidana Terhadap Agama Dalam Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (Kajian Terhadap Praktek Penegakan Hukum Dan Prospek Pengaturannya Dalam Hukum Positif Indonesia). Jakarta: Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia.

[34] Maroni. (2015). Pengantar Hukum Pidana Administrasi. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja.

[35] Maramis, F. (2016). Hukum Pidana Umum dan Tertulis Indonesia. Edisi ke-1. Cetakan Ke-3. Depok: Raja Grafindo Persada.

[36] Mertha I. K, dkk. (2016). Buku Ajar Hukum Pidana, Denpasar: Fakultas Hukum Universitas Udayana.

[37] Pohan, A, dkk. (2012). Hukum Pidana Dalam Perspektif. Edisi Pertama. Denpasar: Pustaka Larasan.

[38] Remmelink, J. (2003). Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Gramedia.

[39] Soekanto, S. (2004). Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[40] Soekanto, S., Mamudji, S. (2006). Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali.

[41] Sholehuddin, M. (2007). Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana: Ide Dasar Double Track System & Implementasinya. Edisi. 1. Cetakan. 3. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[42] Sudirman, A. (2009). Eksistensi Hukum Dan Hukum Pidana Dalam Dinamika Sosial Suatu Kajian Teori Dan Praktik Di Indonesia. Semarang: BP UNDIP.

[43] Sunggono, B. (2011). Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali.

[44] Sulistia, T. (2014). Hukum Pidana. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[45] Siahaan, M. 2016. Pembaruan Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Gramedia.

[46] Sofyan, A., & Azisa, N. (2016). Hukum Pidana. Cetakan Kesatu. Jakarta: Pustaka Pena Press.

[47] Suhartoyo. (2019). Argumen Pembalikan Beban Pembuktian Sebagai Metode Prioritas dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang. Depok: Raja Grafindo Persada.
https://doi.org/10.31943/yustitia.v4i1.31

[48] Waluyo, B. (2008). Pidana dan Pemidanaan. Edisi. 1. Cetakan. 3. Jakarta: Sinar Grafika.

Online/World Wide Web, Disertasi dll

[49] Fachri. (2019). Hakikat Putusan Mahkamah Konstitusi atas Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat Mengenai Dugaan Pelanggaran Oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden Menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Disertasi, Universitas Muslim Indonesia.

[50] Hufron. (2012). Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Disertasi, Universitas Brawijaya.

[51] Nurhayati, R, dkk. (2013). Pemahaman Tentang Korupsi (Suatu Tinjauan Yuridis dan Sosiologis terhadap Konsep Korupsi di Indonesia), Jakarta: Laporan Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (Pekerti) Universitas Terbuka.

[52] Pebrihariati, S, R. (2013). Pemberhentian Presiden/Wakil Presiden dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. Disertasi, Universitas Airlangga.

[53] Rohcahyanto, F. (2018). Memperdagangkan Pengaruh (trading in influence) Sebagai Tindak Pidana Korupsi. Disertasi, Universitas Airlangga.

[54] Sofian, A. (2019). Tafsir Delik Penghinaan Kepada Penguasa (Pasal 207 KUHP). https://business-law.binus.ac.id/2019/04/04/Tafsir-delik-penghinaan-kepada-penguasa-pasal-207-kuhp/.

[55] Zoelva, H. (2010). Pemakzulan Presiden di Indonesia. Disertasi, Universitas Padjajaran.

Full Text: PDF

Article Metrics

Abstract View grafik : 4089 times
PDF icon PDF Download : 1347 times



Copyright (c) 2021 Muhammad Irham, Nani Mulyati

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.